Update Detail
Review Canon EOS 6D
Tanggal publikasi: 08-02-2013 14:56:19, Kontributor: Erwin Mulyadi

Salah satu ciri tren kamera digital tahun ini adalah semakin terjangkaunya kamera DSLR bersensor full frame. Tak lama setelah Nikon meluncurkan D600, Canon juga memperkenalkan EOS 6D, kamera DSLR sensor full frame 20 MP dengan harga dibawah 20 juta. Dengan sensor full frame sudah tentu bisa didapat hasil foto yang lebih baik terutama pada ISO tinggi dan juga rentang dinamis gambarnya.

Tentang EOS 6D 

Canon mendesain EOS 6D dalam bentuk yang ringkas, sedikit lebih besar dari EOS 60D meski di 6D tidak didesain dengan layar lipat. Jadilah 6D ini kamera DSLR full frame terkecil dan teringan yang pernah dibuat Canon sampai saat ini.

Canon 6D 

6D back 

Fitur menarik didalamnya selain fitur fotografi adalah fasilitas GPS dan Wifi tanpa menambah modul apapun. Kecepatan tembak 6D memang termasuk biasa saja dengan 4,5 foto per detik. Dari jeroannya kita temui modul autofokus dengan 11 titik (titik tengah peka hingga segelap -3EV), lalu prosesor Digic 5+ dan modul metering 63 zone.

Bodi dan ergonomi 

Kamera Canon 6D terasa mantap saat digenggam, dengan grip yang terasa pas di tangan. Kamera ini bisa dioperasikan dengan hanya satu tangan kanan saja karena tidak ada lagi tombol di samping kiri LCD seperti di EOS 5D atau 7D. Tombol seperti magnify, playback dan delete semua pindah ke kanan. Tidak ada joystick di belakang, juga tidak ditemui tombol Picture Style.

LCD kecil 

Di bagian atas susunan tombol di atas LCD kecil adalah AF - Drive - ISO - Metering. Tidak ada tombol langsung untuk mengganti WB disini.

 Roda dial

Roda eksposur mode masih menyediakan mode Auto, yang mengindikasikan kalau kamera ini didesain untuk segala kalangan, bukan hanya yang sudah mahir fotografi saja. Selain Auto, ada juga mode CA (Creative Auto) dan ada juga custom C1 dan C2 untuk setting personal kita.

Menu dan fitur 

Dari hasil 'jalan-jalan' menjelajah menu, ada beberapa hal menarik yang kami temui. Misalnya fitur Auto ISO yang kini lebih fleksibel. Selain kita bisa menentukan nilai minimum dan maksimum untuk Auto ISO, ada juga minimum shutter speed yang bisa kita pilih mulai dari 1/250 detik hingga 1 detik, atau bisa memilih Auto (kamera akan mengatur sendiri mengikuti fokal lensa).

Auto ISO 

WiFI 6D

HDR 

Fitur lain yang menarik adalah WiFi dan GPS. Pada pengaturan WiFi kita bisa memilih untuk koneksi ke ponsel untuk mengatur bukaan, ISO, shutter speed, fokus dan memotret, dengan live view di layar ponsel. Untuk itu tentunya di ponsel cerdas (Android atau iPhone) perlu mendownload programnya dulu. Fitur fotografi modern yang ditemui di 6D adalah built-in HDR, lalu kemampuan rekam video full HD dengan All-I frame format yang cocok untuk editing.

Drive dan shutter

Shutter unit di EOS 6D diklaim lolos uji sampai 100 ribu kali. Kecepatan maksimalnya memang cukup mencapai 1/4000 detik dan sync dengan flash hingga 1/180 detik. Drive mode di 6D juga menyediakan Quiet shutter yang juga bisa continuous shoot namun lebih lambat yaitu 3 fps. Tapi hal ini masih lebih baik karena kamera lain umumnya hanya bisa single shooting bila memakai mode quiet.

ISO dan hasil foto 

Kamera EOS 6D ini punya rentang ISO dari 50 hingga 102.400 (normal ISO 100-25.600) yang berguna untuk berbagai skenario, atau saat fotografi tanpa flash. Bicara soal flash, pemakai 6D bakal perlu flash eksternal karena tidak ada built-in flash disini. Hasil foto di ISO tinggi sampai ISO 3200 masih bersih, dan di ISO 6400 noisenya mulai terasa tapi masih lumayan baik. 

Fokus dan live-view 

Auto fokus di kamera ini bisa dibilang bagus, meski untuk tren tahun 2013 memakai 11 titik AF terasa ketinggalan jaman. Kabar baiknya titik fokus tengah bisa bekerja dengan baik walaupun obyeknya gelap, hingga -3EV. Penyebaran  11  titik AF ini cukup efektif, mencakup sebagian besar area tengah frame. Mode One Shot, AI Servo dan AI Focus juga tetap ada seperti kamera lain, tapi tidak ada tombol M.Fn untuk mengatur skenario fokus seperti di kamera 5D mark III atau 7D. Untungnya di belakang masih disediakan tombol AF-ON yang bisa dikustomisasi melalui Custom function menu.

AF option 

Di menu dijumpai pilihan apakah sensitivitas tracking fokusnya lebih cenderung berimbang antara Lock On dan Responsive, atau kita ingin menggesernya ke salah satu pilihan.

AF micro 

Terdapat juga fasilitas AF micro adjustment untuk lensa-lensa yang sedikit mengalami backfocus, kamera ini bisa menyimpan database 20 lensa yang diatur dengan micro adjust ini.

live view 

Saat memakai live view, ada pilihan auto fokus yang standar (LiveAF), deteksi wajah dan versi cepat tapi tampilan LCD gelap sesaat. Ternyata proses fokus di mode LiveAF masih terasa lama, meski kamera ini sudah dipersenjatai dengan prosesor terbaru. Demikian juga dengan auto fokus kontinu saat merekam video, masih terasa kurang akurat. Untuk urusan ini, Canon EOS 650D yang dipasangi lensa STM akan lebih responsif untuk auto fokus kontinu.

Pengujian WiFi dan GPS

Kami juga mencoba menghubungkan EOS 6D ke perangkat Android dan melakukan pemotretan dari ponsel. Proses pairing terlebih dahulu perlu dilakukan dan bila berhasil maka di layar ponsel akan muncul live preview dari kamera. Tampilannya lumayan mulus, meski kadang agak patah-patah. Kami mencoba memisahkan kamera dan ponsel hingga jarak 20m dan sinyalnya masih cukup stabil (ini tergantung ponsel yang dipakai). File foto yang diambil dengan Wifi ini tetap disimpan di memory card kamera, tapi kita bisa mengambil satu persatu ke memori ponsel bila mau. Jadilah ponsel Android ini seperti sebuah remote shutter tapi bisa preview dan mengganti setting. Keren..

WiFi connect 

Untuk GPS setelah diaktifkan, perlu beberapa menit sampai sinyal satelit ditangkap dengan lengkap oleh kamera. Setelah itu setiap kita memotret maka di data Exif atau Info di LCD akan menampilkan koordinat bujur, lintang dan elevasi.

Kesimpulan

Canon EOS 6D tidak akan mengecewakan dalam hal kualitas hasil foto. Bila tidak perlu semua hal yang membuat EOS 5D mark III menjadi mahal, maka cukuplah 6D ini sebagai kamera andalan sehari-hari. Bentuknya ringkas, tidak berat, hasil fotonya bagus, dan fitur fotografinya cukup canggih dan lengkap. Wifi dan GPS menjadi bonus menarik disaat kompetitor (baca : Nikon D600) tidak memberikan fitur ini built-in. Penataan ulang tata letak sebagian tombol yang lebih memudahkan pengoperasian juga patut dihargai.

Kalaupun ada keluhan, maka semestinya kamera yang harganya cukup mahal ini tidak pelit dalam memberi titik fokus. Saat ini 11 titik terasa kurang, paling tidak 19 titik itu angka minimum menurut kami. Lalu jendela bidik yang coveragenya hanya 97% juga agak disayangkan. Bagi yang merindukan dual slot memori juga akan kecewa saat mengetahui kalau 6D ini hanya ada satu slot SD card saja. Terakhir, meski sudah jadi standar umum kamera full frame Canon, tetap saja aneh rasanya kalau ada kamera yang tidak punya lampu flash :)



Review Canon EOS 6D

space for ads

space for ads

space for ads